Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waduh, Alat Pendeteksi Tsunami di Sorong dan Raja Ampat Tidak Berfungsi

Alat Pendeteksi Tsunami di Sorong dan Raja Ampat Tidak Berfungsi
pulau-pulau karst di Wayaq, Raja Ampat/Antara
pulau-pulau karst di Wayaq, Raja Ampat/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Alat peringatan dini atau early warning system tsunami di Kota Sorong, Papua Barat, tak lagi berfungsi dan hal serupa terjadi di Raja Ampat.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Papua Barat, Derek Ampnir, yang dikonfirmasi di Manokwari, Kamis, membenarkan hal tersebut. Dua alat deteksi tersebut dibeli Pemprov Papua Barat dan sudah dihibahkan kepada pemerintah daerah setempat.

"Sudah dihibahkan ke kabupaten/kota sehingga kewenangan pengelolaannya berada di daerah. Pemprov sudah beli dan pasang, selanjutnya kabupaten kota tolong jaga dan rawat," kata Derek.

Menurutnya, penghibahan alat tersebut sudah dilaksanakan cukup lama. Sesuai aturan, urusan penganggaran dalam merawat dan mengelola peralatan tersebut semestinya menjadi tanggung jawab kabupaten dan kota.

Ia mengemukakan, alat ini dipasang saat Sail Raja Ampat hendak digelar pada tahun 2014 lalu. Sejak saat itu pula, Pemprov menghibahkannya kepada Pemda setempat.

"Alat ini kita sangat butuh, entah kapan bencana terjadi. Alat harus selalu dalam kondisi baik dan berfungsi. Maka harus dirawat," katanya lagi.

Selain Sorong dan Raja Ampat, alat serupa juga dipasang di beberapa daerah lain seperti Manokwari dan Fakfak. Di dua daerah ini, pemerintah menyiapkan anggaran untuk perawatan sehingga terawat dan masih berfungsi.

"Setiap tanggal 26, BPBD setempat selalu membunyikan alarm peringatan dini sebagai bentuk kewaspadaan, dan dengan demikian kita tahu kondisinya," ujarnya lagi.

Derek berharap, Pemkot Sorong dan Pemkab Raja Ampat menyiapkan anggaran rutin untuk merawat alat tersebut. Pengecekan harus dilakukan secara berkala agar bisa segera dilakukan perbaikan jika terjadi kerusakan.

Papua Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi gempa dan tsunami. Wilayah ini merupakan titik pertemuan antara sesar Asia, Indo-Australia dan Indo-Pasifik.

"Kita harus sadar bahwa kita punya potensi bencana. Ini ancaman nyata, dan kita pun punya pengalaman tahun 1996. Kita menerima dampak tsunami dari gempa yang terjadi di Biak kala itu," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Tempo.co

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler