Bisnis.com, JAKARTA — Pengembangan holtikultura di wilayah Maluku bakal ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan di tingkat lokal dan mengurangi ketergantungan dari daerah lain yang dapat memicu kenaikkan harga kebutuhan pangan utama.
Wakil Gubernur Maluku Abdullah Vanath mengatakan bahwa mayoritas kebutuhan pangan di Maluku masih menggantungkan dari daerah lain. Sementara itu, adanya rencana proyek strategis yang akan berjalan di provinsi tersebut, berpotensi meningkatkan kebutuhan pangan sehingga perlu upaya untuk memperluas sektor pertanian dan perkebunan dengan menyiapkan petani lokal.
Vanath menyampaikan hal tersebut saat melakukan kunjungan kerja ke Kawasan Taman Sains Teknologi Herbal dan Hortikultura (TSTH2), SMA Unggul Del, dan Institut Teknologi Del, Sumatra Utara, Selasa (15/4/2025).
Kunjungan itu sebagai upaya dari Pemerintah Provinsi Maluku melakukan pembelajaran secara langsung atau benchmarking atas praktik yang dilakukan oleh Sumut.
Dalam kunjungan ke Sumut itu, turut hadir pula Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut B. Pandjaitan.
Dengan langkah benchamarking itu, kata Wagub ada perhatian serius untuk wilayah bagian timur Indonesia, khususnya Maluku dan Papua karena kedua wilayah ini memiliki ketinggian dan suhu yang cocok untuk tumbuhan dan tanaman holtikultura serta tanaman herbal.
Baca Juga
“Kami akan menyiapkan beberapa langkah untuk mengadopsi metodologi dan teknologi yang sudah dikembangkan di sini,” ungkap Wagub Vanath.
Salah satu proyek strategis nasional di Blok Masela, katanya, nantinya akan banyak membutuhkan tenaga kerja dan kebutuhan pangan yang memadai. Hal itu mesti dilakukan antisipasi ke depannya.
Bahan Pangan Penyumbang Inflasi
Mengutip laporan perekonomian dari Bank Indonesia, ketahanan pasokan pangan strategis memiliki peran krusial dalam menjaga stabilitas harga dan mendukung pengendalian inflasi di Maluku.
Komoditas pangan utama seperti bawang merah, aneka cabai, dan beras kerap menjadi penyumbang utama inflasi akibat fluktuasi produksi yang dipengaruhi oleh faktor cuaca dan keterbatasan teknologi pertanian.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa tanpa adanya intervensi program pendampingan dan teknologi yang tepat sasaran dan budidaya pertanian, lonjakan harga pangan strategis dapat terjadi dan berdampak pada daya beli masyarakat.
Bank Indonesia mencatat inflasi Maluku pada kuartal IV/2024 terkendali meskipun sedikit berada di bawah rentang sasaran inflasi nasional. Tingkat inflasi Provinsi Maluku tercatat sebesar 1,27% secara tahunan. Sementara itu, terjadinya deflasi pada kelompok transportasi menjadi faktor utama penahan capaian inflasi pada kuartal IV/2024 di tengah peningkatan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel