Bisnis.com, TERNATE – Produktivitas pala di Provinsi Maluku Utara (Malut) masih rendah yakni rata-rata 350 kg per hektare atau jauh dibawah rata-rata produktivitas nasional yang diharapkan mencapai 480 kg per hektare.
"Masih rendahnya produktivitas pala di Malut itu di antaranya karena para petani belum menerapkan pola budi daya yang baik, bibit misalnya masih menggunakan bibit tidak tersertifikasi,"kata Kepala Dinas Pertanian (Distan) Malut, Idham Umasangadji di Ternate, Rabu (24/10/2018).
Penyebab lainnya adalah tidak melakukan pemupukan tanaman pala secara teratur, usia tanaman pala yang sudah tua, banyak tanaman pala jantan yang tidak bisa berbuah serta jarang tanaman yang terlalu dekat.
Menurut dia, masalah lainnya pada tanaman pala Malut adalah rendahnya kualitas produksi sebagai dampak dari penggunaan bibit yang tidak tersertifikasi, pemeliharaan yang kurang baik serta penanganan panen dan pasca panen yang tidak sesuai standar.
Pala Malut yang menyumbang sekitar 70% dari ekspor pala Indonesia harganya relatif murah di pasaran, karena faktor rendahnya kualitas, bahkan sering ditolak di pasaran ekspor, khususnya Eropa karena ditemukan mengandung bahan berbahaya.
Distan Malut, kata Idham Umasangadji, telah menyiapkan program strategis untuk mengatasi masalah rendahnya produktivitas dan kualitas pala Malut tersebut, yakni melalui Gerakan Cepat Bangkitkan Rempah (Gercep Bakira).
Program Gercep Bakira ini akan difokuskan pada upaya sosialisasi dan penyuluhan kepada petani mengenai pola budi daya yang baik, peremajaan tanaman pala yang sudah tua, penanganan panen dan pasca panen serta pembagian bibit dan berbagai sarana penunjang.
Ia mengatakan, masalah pemasaran dan jaminan harga yang layak juga menjadi bagian dari program Gercep Bakira tersebut, yang dalam pelaksanaannya akan di sinkronkan dengan program pemerintah pusat, karena Malut masuk dalam daerah prioritas pengembangan pala nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel