Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

TSE Group Serap Ribuan Tenaga Kerja Orang Asli Papua

Tantangan yang dihadapi dalam menyerap tenaga kerja. Di antaranya, para pekerja OAP yang sudah menempuh pendidikan tinggi lebih memilih menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) ketika sudah bekerja di TSE Group selama satu sampai dua tahun.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen / Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen / Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – TSE Group selama tiga tahun terakhir telah menyerap lebih dari 2.400 tenaga kerja Orang Asli Papua (OAP).

Ribuan tenaga kerja tersebut tersebar di berbagai perusahaan, dari PT Tunas Sawa Erma (TSE), PT Dongin Prabhawa (DP) hingga PT Berkat Cipta Abadi (BCA) yang seluruhnya bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di Kabupaten Merauke dan Boven Digoel, Provinsi Papua.

Direktur Human Resource dan General Affair (HR-GA) TSE Group Ronny Makal mengatakan, jumlah ini lebih banyak dibandingkan ketika pertama kali TSE Group beroperasi di Papua pada 1997.

Saat itu, jumlah putra-putri daerah yang bekerja di perusahaan tidak mencapai ratusan orang. “Sebab, kebanyakan warga Papua belum terbiasa di kebun, terutama sawit,” ucap Ronny dalam keterangan tertulis kepada Bisnis, Kamis (22/4/2021).

Di sisi lain, bekerja di perkebunan sawit memang membutuhkan kemampuan khusus. Sedangkan, masih banyak angkatan kerja yang tidak memahami cara mengelola dan mengolah hasil perkebunan.

Tapi, seiring berjalannya waktu, ketertarikan masyarakat terhadap kebun sawit mulai meningkat. Khususnya ketika mereka melihat teman sedaerah yang sudah sukses dengan bekerja di TSE Group. “Mereka melihat ada putra daerah yang berkembang di kebun ini, sehingga mulai tertarik (untuk bekerja di sawit-red),” tutur Ronny.

Melihat minat itu, perusahaan mulai melakukan proses rekrutmen OAP secara lebih aktif. Perusahaan kerap melakukan sosialisasi mengenai lapangan kerja hingga ‘jemput bola’ ke banyak distrik dan kampung. Terlebih khusus ke Kabupaten Merauke dan Boven Digoel yang merupakan area kerja TSE Group.

Kerja sama dengan pemerintah daerah, terutama kepala distrik, juga rutin dilakukan. Melalui berbagai upaya ini, perusahaan berharap dapat memaksimalkan penyerapan tenaga kerja OAP, sehingga jumlah pengangguran bisa terus berkurang. Hasil akhirnya, tingkat kesejahteraan masyarakat bisa membaik.

Sampai saat ini, Ronny mengatakan, putra-putri asli Papua sudah menduduki berbagai posisi strategis di TSE Group. Mulai dari kepala seksi, asisten manajer hingga manajer di lapangan maupun perkantoran.

Untuk memaksimalkan potensi penyerapan tenaga kerja, Ronny menuturkan, perusahaan memberikan banyak kemudahan. Salah satunya, tidak menyertakan ijazah sekolah sebagai syarat administrasi. “Untuk di kampung, terpenting adalah mereka punya KTP dan Kartu Keluarga (KK),” katanya.

Kalaupun ada masyarakat yang tidak memiliki KTP dan KK, perusahaan kembali memberikan keringanan. Mereka tetap dapat melamar pekerjaan dan jika lolos, manajemen TSE Group akan membantu mengurus administrasinya dengan melibatkan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil).

Langkah ‘jemput bola’ ini diambil karena minimnya kemauan dari putra-putri daerah untuk bekerja di industri sawit. Oleh karena itu, perusahaan harus aktif menawarkan kesempatan kepada mereka untuk mendaftar.

TSE Group juga kerap menggaet Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Papua untuk memperluas cakupan perekrutan ke angkatan kerja yang memiliki ijazah.

Ronny mengakui, banyak tantangan yang dihadapi dalam menyerap tenaga kerja. Di antaranya, para pekerja OAP yang sudah menempuh pendidikan tinggi lebih memilih menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) ketika sudah bekerja di TSE Group selama satu sampai dua tahun.

Tapi, tantangan itu tidak memudarkan semangat perusahaan untuk memaksimalkan pemberdayaan masyarakat Papua. Ronny menekankan, TSE Group tetap berkomitmen untuk memprioritaskan penyerapan tenaga kerja dari warga sekitar perusahaan.

Komtimen ini dilakukan TSE Group untuk ikut mendorong kesejahteraan masyarakat sekitar melalui penciptaan lapangan kerja. Menurut data ketenagakerjaan Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Papua per Agustus 2020 berada di level 4,28 persen. Data ini merupakan angka terbaru yang dirilis BPS pada November 2020 lalu.

Tingkat pengangguran di Papua itu masih di bawah rata-rata nasional yang sebesar 7,07 persen. Meski demikian, data ini menggambarkan bahwa potensi angkatan kerja masih belum banyak terserap sehingga membutuhkan perhatian khusus dari banyak pihak, termasuk pihak swasta seperti TSE Group.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler