Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petani Maluku Utara Terpuruk Akibat Harga Kopra Anjlok, Pemerintah Pusat Didesak Turun Tangan

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPD) Matheus Stefi Pasamanjeku meminta pemerintah memberikan perhatian serius guna menjaga stabilitas harga kopra di Maluku Utara agar pendapatan petani penghasil produk komoditas itu tidak kian terpuruk.
Proses pengasapan kopra/Antara
Proses pengasapan kopra/Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPD) Matheus Stefi Pasamanjeku meminta pemerintah memberikan perhatian serius guna menjaga stabilitas harga kopra di Maluku Utara agar pendapatan petani penghasil produk komoditas itu tidak kian terpuruk.

“Anjloknya harga kopra membuat sejumlah petani kelapa di Provinsi Maluku Utara mulai menjerit karena produksi banyak, namun harga di pasaran turun drastis menjadi Rp3.500 per kilogram pada tingkat pengumpul kabupaten,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (6/12).

Padahal, ujarnya, enam bulan lalu harga komoditas tersebut sempat menyentuh harga Rp12.000 meski bertahan di kisaran Rp10.000 per kilogram.

Sebelumnya Stefi melakukan kunjungan kerja ke sejumlah kabupaten di Provinsi Maluku Utara sebagai provinsi penghasil utama kopra di Indonesia. Menurutnya, lebih dari 90% petani di provinsi daerah pemilihannya itu merupakan petani kopra.

Stefi mengatakan selain harga komoditas itu lesu di pasar internasional akibat berbagai isu, anjloknya harga kopra juga tidak terlepas dari praktik kartel yang selama ini berlangsung. Menurutnya, kalau praktik kartel tersebut tidak ditindak maka disparitas harga di tingkat petani dan di tingkat user akan semakin tinggi.

“Kami meminta pemerintah pusat untuk ikut mencari solusi sekaligus melakukan intervensi harga kopra, sehingga dapat membantu petani kelapa meningkatkan kehidupan ekonomi mereka,” ujarnya.

Meski tidak menyebutkan angka pasti, namun stefi mengatakan kalau kondisi tersebut dibiarkan maka potensi kerugian petani mencapai puluhan miliar per bulan. 

Dia mengatakan bahwa kalau harga komoditas tersebut berada di bawah Rp5.000 per kilogram maka petani akan merugi karena tidak bisa menutupi biaya produksi dan ongkos transportasi. Akibat kondisi tersebut, kelangsungan pendidikan anak-anak petani setempat juga terancam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper