Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saring Berita Palsu, Facebook Siapkan Sistem Peringkat Portal Berita

Menyusul berbagai kritikan terkait banyaknya sumber berita yang tidak jelas di Facebook, perusahaan itu sekarang bertekad untuk lebih dipercaya oleh para penggunanya. Facebook menyatakan akan menentukan portal berita mana yang kredibel dan dapat dipercaya oleh pengguna.
Pendiri Facebook Mark Zuckerberg/Reuters
Pendiri Facebook Mark Zuckerberg/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Menyusul berbagai kritikan terkait banyaknya sumber berita yang tidak jelas di Facebook, perusahaan itu sekarang bertekad untuk lebih dipercaya oleh para penggunanya.

Facebook menyatakan akan menentukan portal berita mana yang kredibel dan dapat dipercaya oleh pengguna. Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, mengatakan konten berita akan memiliki porsi sekitar 4% dari apa yang muncul dalam News Feed seseorang.

Angka itu turun dari sebelumnya 5%. BBC melansir Sabtu (20/1/2018), kebijakan ini merupakan bagian dari usaha Facebook untuk menekan penyebaran berita palsu dan propaganda di media sosial itu.

Zuckerberg menuturkan perubahan ini adalah upaya untuk mempengaruhi para penggunanya agar mempertimbangkan suatu isu tanpa bias dan mendasarkannya pada akurasi. "Kami bisa saja melakukan hal itu sendiri, tapi kami tidak nyaman melakukannya sendiri," ujarnya.

Zuckerberg melanjutkan pihaknya mempertimbangkan untuk meminta pendapat ahli atau bisa langsung bertanya ke pengguna untuk menentukan sumber berita yang kredibel. Nantinya, pengguna Facebook akan ditanya apakah mereka mengetahui identitas portal berita tertentu dan apakah media tersebut dapat dipercaya.

"Terlalu banyak sensasi, informasi yang menyimpang, dan polarisasi di dunia sekarang. Media sosial memungkinkan orang-orang untuk menyebarkan informasi lebih cepat dari sebelumnya dan jika kami tidak mengatasi hal ini secara spesifik, maka pada akhirnya kami menyebarluaskannya," tambahnya.

Sistem peringkat ini akan diuji coba di pengguna AS terlebih dulu dan hasilnya tidak akan diumumkan ke publik.

Pada Jumat (18/1), Twitter juga mengumumkan telah memberikan notifikasi kepada 677.775 pengguna media sosial tersebut di AS yang telah me-retweet, menyukai, atau menjadi follower akun-akun bot pada masa Pemilu Presiden AS pada 2016.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : BBC, The Verge, Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper