Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tergantung e-Commerce, Jasa Kurir Patut Waspada

Perusahaan jasa kurir disarankan jangan terlalu bergantung pada e-commerce (dagang-el) tahun depan.
Ilustrasi kegiatan perusahaan jasa kurir./Bisnis.com-Dedi Gunawan
Ilustrasi kegiatan perusahaan jasa kurir./Bisnis.com-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan jasa kurir disarankan jangan terlalu bergantung pada e-commerce (dagang-el) tahun depan.

Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Ilham Masita memprediksi pertumbuhan dagang-el tahun depan tidak sebaik tahun ini.

"Untuk e-commerce tidak akan sebaik 2017. Mulai menurun karena produk-produk yang dijual tidak bertambah banyak kategorinya," katanya kepada Bisnis pada Senin (11/12/2017).

Oleh karena itu, dia menyarankan agar jasa kurir melakukan diversifikasi usaha, di luar dagang-el. Apalagi saat ini bisnis pengiriman surat sudah amat jarang.

Menurutnya, saat ini barang-barang yang diperjualbelikan di toko online masih kategori tersier. Padahal jenis barang tersebut bukan kebutuhan utama, sementara barang sekunder dan primer belum banyak.

Lebih lanjut, dia memperkirakan lini bisnis logistik yang akan tumbuh positif tahun depan justru yang berkaitan dengan proyek dan komoditas.

Sebagaimana diketahui, pemerintah tengah menggenjot pembangunan infrastruktur. Banyaknya pembangunan tersebut berdampak positif pada meningkatnya permintaan angkutan material proyek.

"Logistik yang berhubungan dengan oil mining industry juga tumbuh seiring dengan membaiknya harga komoditas," tambah Zaldy.

Untuk tahun ini, dia mengatakan bisnis kontrak logistik pertumbuhannya juga tidak terlalu pesat karena situasi ekonomi masih lesu. ALI mengkalkulasi kontak logistik hanya tumbuh 10%-12%.

Zaldy berharap tahun depan kontrak logistik bisa tumbuh sampai 13%-14%. Oleh karena itu, dia meminta pemerintah mengurangi biaya-biaya di pelabuhan dan bandara yang berhubungan dengan kargo.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan penurunan daya beli memang cukup berpengaruh terhadap kontrak logistik.

Pasalnya, meskipun tidak semua pelaku kontrak logistik bekerja sama dengan perusahaan ritel, tetapi karena jumlahnya cukup banyak sehingga cukup berpengaruh khususnya karena kehadiran e-commerce.

"Kontrak logistik 60 % untuk manufaktur. Tidak semua yang masuk ritel masuk dalam kontrak logistik. Tapi karena banyak jadi cukup berpengaruh," ucapnya.

Meskipun demikian, dia optimistis target lini bisnis kontrak logistik bisa tercapai sebelum tutup tahun. Namun, mereka mengantisipasi sejumlah kondisi yang dinilai bisa menghambat. Hingga November 2017 target yang dicanangkan masih di jalur yang tepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Abdul Rahman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper