Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Kekhawatiran Semen Baturaja Atas Kelebihan Pasokan Semen Nasional

Asosiasi Semen Indonesia mencatat total kapasitas semen nasional lebih dari 106 juta ton per tahun, sementara konsumsi nasional 63 juta ton--65 juta ton per tahun. Adapun pertumbuhan konsumsi setiap tahun hanya mencapai 3 juta ton.
Direktur Utama PT Semen Baturaja Tbk Rahmad Pribadi menjawab pertanyaan wartawan , saat berkunjung ke Kantor Bisnis Indonesia, Jakarta, Jumat (19/5)./JIBI-Endang Muchtar
Direktur Utama PT Semen Baturaja Tbk Rahmad Pribadi menjawab pertanyaan wartawan , saat berkunjung ke Kantor Bisnis Indonesia, Jakarta, Jumat (19/5)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA -- ‎Semen Baturaja mengkhawatirkan kondisi kelebihan pasokan yang sedang dialami industri nasional karena dapat menimbulkan persaingan tidak sehat antar sesama produsen semen.

Rahmad Pribadi‎, Direktur Utama PT Semen Baturaja, mengatakan perusahannya tidak terpengaruh oleh kondisi kelebihan pasokan yang sedang dihadapi industri nasional. Hal ini karena pasar di Pulau Sumatra jumlah permintaannya lebih tinggi dibandingkan dengan pasokan semen ke wilayah tersebut.‎ Kendati demikian, dia khawatir jika industri semen nasional akan terlibat persaingan yang tidak sehat yang terjadi akibat kelebihan pasokan.

"Produksi semen masih di atas 30% dibandingkan dengan kebutuhan nasional. Sedangkan pertumbuhan ‎permintaan nasional setiap tahun hanya tumbuh 5%, mengakibatkan industri semen selalu langganan over supply," kata Rahmad kepada Bisnis, seusai pertemuan dengan Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto‎, Kamis (31/8/2017).

Asosiasi Semen Indonesia mencatat total kapasitas semen nasional lebih dari 106  juta ton per tahun, sementara konsumsi nasional 63 juta ton--65 juta ton per tahun. Adapun pertumbuhan konsumsi setiap tahun hanya mencapai 3 juta ton.

Menurutnya, dengan adanya kelebihan pasokan ini dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Pabrikan akan melakukan berbagai cara untuk memasarkan produknya, bisa melalui ekspansi pasar antar pulau maupun dialihkan ke pasar Internasional.

"Jika perusahaan kami masih diuntungkan dengan letak secara geografis sehingga beberapa produsen semen lain akan berpikir ulang untuk ekspansi ke sini. Namun bagaimana jika terjadi saling sikut antara sesama produsen di pasar yang sama?," katanya.

Dia menambahkan jika persaingan tidak sehat ini tidak baik dampaknya terhadap sesama produsen, pemerintah, pengusaha, dan kondisi pasar. Dengan begitu Semen Baturaja meminta bantuan dari pemerintah untuk mengatur perizinan pembangunan pabrik atau penambahan kapasitas produksi diperketat kembali.

"Kementerian Perindustrian telah mengimbau agar pabrikan menahan diri. Bagi yang telah memiliki izin dipersilahkan untuk melanjutkan pembangunan, namun bagi yang belum memiliki izin diimbau agar tidak menambah kapasitas terlebih dahulu," imbuhnya.

Rahmad menjelaskan Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto ‎secara langsung meminta agar Semen Baturaja menahan diri untuk investasi pabrik baru. Walaupun permintaan di Sumatra terbilang cukup tinggi.

"Selain itu, instruksi dari Pak Menteri, produsen yang memiliki pabrikan tua disarankan agar setop produksi agar bisa mengurangi pasokan dan menghemat ongkos produksi," tuturnya.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Semen Indonesia Widodo Santoso menyatakan harga semen anjlok sejak akhir 2015.‎ Kondisi kelebihan pasokan tersebut sudah dirasakan pada 2015, di mana harga semen setiap tahun turun 8%-10%.

Widodo mencontohkan, harga setiap sak semen di Pulau Jawa pada akhir 2015 senilai Rp70.000 per sak, sedangkan pada semester pertama tahun ini, satu sak semen turun menjadi Rp55.000—Rp60.000.

Adapun harga semen di wilayah Timur Indonesia yang awalnya senilai Rp80.000-Rp85.000 per sak, turun 15% menjadi senilai Rp65.000—Rp70.000 per sak. Bahkan, harga semen di Papua yang awalnya Rp1,5 juta per sak menjadi Rp400.000-500.000 per sak.

 

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper